KLIA [Kuala Lumpur International Airport] dengan arsitek Kisho Kurasawa, menggunakan teknik preseden sebagai metoda dalam perancangannya.
Kurasawa terkenal sebagai ‘Philosophy of symbiosis’ yaitu merupakan salah satu ciri khas dia yang memandang secara kritis dan jauh melihat kedepan.
Desain KLIA sendiri mengambil ide berupa alam, sehingga rancangan ini memperlihatkan bagaimana sebuah bangunan dapat bersimbiosis dengan alam.
Kurosawa bersikukuh bahwa kedekatan dengan alam adalah penjabaran karakteristik dari identitas orang Asia. Untuk itu, Kurosawa berusaha menggabungkan alam pada bangunan airport dengan sangat menonjol sebagai 'symbiotic' gesture. Semua penumpang harus melewati inner courtyards raksasa berisikan hutan tropis asli, jadi ini semacam versi raksasanya patio garden orang Jepang.

Bangunan terminal utama diatapi oleh perulangan modul cangkang hyperbolic paraboloid, disanggah oleh tiang-tiang kerucut yang berisi ducting dan pipa-pipa air. Atap ini secara bersamaan menggambarkan bentuk tradisional Islam dan dinamika sebuah pesawat, jadi semacam mozaik bentuk sayap. Meski strukturnya memiliki kekangan dari segi tampilan formal, umumnya bangunan High-Tech architecture memperlihatkan bagaimana teknik konstruksi yang sangat brilian.

Dibagian dalam bangunan, unsur alam terlihat pada penggunaan desain longspan perpaduan cangkang, kabel dan tenda. Sebuah kelambu raksasa yang ditusuk ratusan tiang berderet rapi dengan jarak modular. Sculpture-nya pun berupa sungai-sungaian yang dibuat ala futuristik.
Tiang-tiang kolom merupakan hasil preseden dari bentuk pohon kelapa sawit. Dari satu batang pohon keluar tiang-tiang yang menopang cangkang (ibarat ranting pada pohon).

Label: peras 7, preseden |
Posting Komentar